Beberapa orang teman yang merencanakan liburan ke Bali, bertanya kepada saya tentang bagaimana caranya menyebutkan angka dalan bahasa Bali dengan baik dan benar. Maksudnya untuk tujuan belanja dan tawar menawar di pasar traditional, agar mendapatkan harga yang lebih miring. Biasanya kalau kita menawar dalam bahasa lokal, kemungkinan sukses dalam menawar meningkat – itu teorinya. Ha ha..mungkin saja sih.
Sayapun sering meminta tolong saudara yang fasih berbahasa Sunda untuk menawar jika belanja di pasar Sukabumi atau di Bogor. Kadang saya mencoba sendiri menawar dalam bahasa Sunda yang terbata-bata. Begitu juga saat menawar di Mas tukang sayur yang lewat depan rumah. Saya berusaha keras berbicara dalam Bahasa Jawa, walaupun tidak jago berbahasa Jawa. Bener sih. Kadang memang lebih sukses juga menawar dengan bahasa daerah, dibandingkan jika menggunakan Bahasa Indonesia.Seandainyapun pedagang tahu saya bukan asli orang Sunda atau Jawa (ketahuan dari logatnya), tapi saya pikir setidaknya pedagang akan senang jika bahasa daerahnya coba diucapkan oleh orang yang berasal dari daerah lain. Dan ujung-ujungnya, discount pun diberikan. Lumayan.
Saya lalu mengajarkan teman-teman saya beberapa angka praktis dalam bahasa Bali. Satuan, Puluhan, Ratusan, Ribuan, Belasan ribu, Puluhan ribu atau Ratusan ribu – merujuk harga barang-barang yang banyak ditawarkan di pasar Kumbasari atau pasar Sukawati dan kemungkinan jumlah barang yang akan dibeli. Namun sebenarnya ada beberapa angka yang bernama unik di Bali. Angka-angka ini tidak mengikuti pola normalnya. Angka berapa saja itu? Yuk kita mengenal nama-nama angka dalam bahasa Bali!
Di Bali, angka kurang lebih diberi nama nyaris sama dengan dalam Bahasa Jawa, dan serupa dengan nama dalam bahasa Indonesia.
Satuan:
1= sa, besik, siki, a, tunggal,eka. 2 = dua,dadua, kalih, dwi. 3=telu, tetelu, tiga, tri. 4=pat,papat, catur. 5=lima , panca. 6=enem, nenem, sad. 7=pitu, pepitu, sapta. 8=kutus, kutus, wulu, wolu, asta. 9=sia, sanga. 10=dasa.
Puluhan
Formulanya sederhana, tinggal menambahkan angka satuan dengan kata dasa. Namun biasanya diselipkan sisipan ‘ng’ diantaranya.
10=dasa. 20=duang dasa, kalih dasa 30=telung dasa, tigang dasa. 40 = petang dasa. 50= seket. Ini nama istimewa. Di Bali orang tidak pernah menyebut limangdasa untuk angka 50, tapi seket. 60=nem dasa. 70 =pitung dasa. 80=wulung dasa. 90=siang dasa, sangang dasa
Ratusan
Formula sama dengan puluhan, angka satuan disambung dengan kata ratus atau singkatannya.
100=satus. 200=satak. ini juga tidak mengikuti pola. Di Bali angka 200 tidak pernah dibaca duangratus atau duangatus, tapi satak. 300=telung atus. 400 = samas. Saya tidak pernah mendengar angka 400 dibaca petang atus. Tapi samas. 500=limang atus, 600=telungatak, maksudnya adalah 3 x satak. 700=pitung atus, 800= domas, maksudnya adalah dua kalinya samas, alias 2 x400. 900=sangang atus, 1000=siyu, siu.
Ribuan
Ribuan di Bali mengggunakan akhiran tali. Formula juga sama dengan ratusan.
1 000= siyu. 2 000=duang tali. 3 000=telung tali. 4 000=petang tali. 5 000 = limang tali. 6 000 = nem tali . 7 000 =pitung tali . 8 000= kutus tali. 9 000 = sia tali. 10 000 = dasa tali, a laksa.
Belasan.
Belasan nyaris sama dengan dalam bahasa Indoensia. Dimana kata dalam satuan tinggal ditambahkan dengan kata belas atau singkatannya (las).
11=solas. 12=roras. Mungkin awalnya dari rolas lama-lama menjadi roras. 13=telulas, dibaca cepat tlulas.14=patbelas, 15=limolas, sering dibaca cepat menjadi molas.16=nembelas. 17=pitulas. 18 = pelekutus. Nah ini aneh.Dari mana ya datangnya kata depan ‘pele’ di sini?. Mengapa bukan kutus las atau wolu las?. Saya tidak bisa menjelaskannya, tapi yang jelas, jangan menyebut woululas kalau belanja di Bali. Sebutlah kata pelekutus, kalau menyebut jumlah 18. 19=siangolas – di sini ditambahkan sisipan ng+o ditengah kata sia dan las, untuk memudahkan pembacaan.
Dua Puluhan
Angka dalam Dua Puluhan diberi nama Likur, dalam bahasa Bali.
20 = duang dasa. 21 = sa likur. 22 = dua likur. 23 =telu likur . 24 = pat likur. 25 = selae. Ini istimewa karena tidak ada orang yang menyebut lima likur untuk kata dua puluh lima. Selalu selae. 26 = nem likur. 27= pitu likur. 28= wulu likur. 29 = sanga likur .
Tiga Puluhan
Angka dalam TigaPuluhan tidak memiliki nama khusus. Cukup menambahkan kata telung dasa = 30, ditambah dengan angka satuannya..
30 = telung dasa. 31 = telung dasa besik. 32 = telung dasa dua. 33 =telung dasa telu. 34 = telung dasa pat. 35 = sasur. angka 35 di Bali umum disebut sasur, dan bukan telung dasa lima. 36 = telung dasa nem. 37= telung dasa pitu. 38= telung dasa kutus. 39 = telung dasa sia. 40 = petang dasa.
Angka-angka lain yang istimewa:
45 = setimaan. 75= telung benang. 150 = keroblah. 175 = lebak. 1 000 000 = yuta, juta. Ada lagi angka yang disebut sebagai a bangsit. Saya tidak ingat persis artinya, agak lupa antara 1 600 atau 6 000. Karena belakangan ini, angka a bangsit ini sudah sangat jarang dituturkan dalam percakapan sehari-hari di Bali. Apakah diantara teman pembaca ada yang tahu artinya a bangsit?
Nah..jadi kalau saya jembrengin begini, angka-angka yang unik dan perlu dihapal saat berada di Bali adalah: Roras, Pelekutus, Selae, Sasur, Setimaan, Seket, Telung Benang, Keroblah, Lebak, Satak, Samas, Telungatak, Domas, Siyu, Yuta.
Yang lainnya tidak perlu dihapal, cuma mengikuti pola normal saja.Angka satuan,belasan pake tambahan kata las,atau belas, lalu dua puluhan pakai angka likur, ratusan pakai kata atus, ribuan pakai kata tali.
Note:
1. Semua kata-kata dalam Bahasa Bali yang berakhiran a selalu dibaca e seperti membaca huruf e dalam kata sedang. dua, dibaca due. sia dibaca sie. dasa dibaca dase.
2. Tentu saja ini versi pemahaman sehari-hari saya sebagai penutur Bahasa Bali biasa. Dan bukan memiliki keahlian sebagai guru atau ahli Bahasa Bali.
nyimak sis ya 😀
LikeLike
kata ibu saya, kalau ‘enam bangsit’ itu 1600, dan mungkin ‘a bangsit’ itu 1000~ 😳
*duh, saya orang bali ga bisa bahasa bali*
LikeLike
1600 dalam basa bali disebut sepa
LikeLike
nambahin jurus andalan nawar: Baang kuang? Nyak Ape sing? 😆
LikeLike
ha ha.. fasih berbahasa Bali juga ya..
LikeLike
Menarik Bu, banyak yang sama gitu sama Bahasa Jawa.
Seket lima puluh, kalau di Jawa 60 juga beda swidak ga enem doso. Gatau sih kalo bahasa alusnya x_x
LikeLike
swidak untuk 60.. wah yang itu kayanya nggak ada dalam Bahasa Bali..
LikeLike
ada kesamaan dengan bahasa jawa
LikeLike
iya nih. mirip-mirip dengan bahasa jawa.
LikeLike
Kalau bukan orang Bali..Kayaknya pusing juga belajar angka-angka ini Mbak Dani 🙂
LikeLike
Ha ha ha.. habisnya ada tambahan-tambahan nama unik lagi di luar pola normalnya Mbak Evi. Apakah bahasa Padang juga punya angka-angka alias serupa dengan yang di Bali?
LikeLike
mirip2 juga dng bahasa jawa dan sunda, mungkin krn berdekatan pulau ya mbak 🙂
LikeLike
Ya.. apalagi kalau dilihat sejarahnya,kan sebagian besar pendudukBali datangnya ya dari Pulau Jawa..pastinya sekalian membawa bahasanya..
BTW, kok saya nggak bisa masuk ke blognya Ibuseno ya?
LikeLike
Masa gak bisa sih Mbak…pdhal kita kan udah saling follow..kenapa ya..
aku kurang2 paham sama wepe nih mbak
LikeLike
aku juga bingung Mbak.. aku click malah aku diarahkan ke error terus..Apanya yang salah ya?..
LikeLike
Tutorialnya kudu disertai videonya atau suaranya, soale ada logatnya kan ? 🙂
LikeLike
rada2 susah ingetnya nih…
ajak mbak ajalah kl mau tawar menawar
LikeLike
Waahh, yg pitu (7) dan sia (9) sama seperti bahasa Batak mbak 😀
LikeLike
Kalau ada polanya mungkin lebih mudah ya mbak, klo tidak ada pola ya terpkasa harus hapal mati 😀 .
LikeLike
Iya ya, hampir mirip dengan bahasa Jawa.
LikeLike
Ternyata hampir mirip bahasa Jawa ya…
LikeLike
asyik nich…bisa belajar angka-angka dalam bahasa bali, tapi walau tak perlu dihapal, cukup mengikuti pola normal saja…masih ribet juga bagi saya sich….
keep happy blogging always…salam dari Makassar 🙂
LikeLike
Untuk saat ini hal-hal semacam itu sudah mulai langka mbak. Bagus, nich ada pencerahan semoga dapat mengenalkan kembali pada anak2 muda sekarang.
LikeLike
terimakasih Pak Amin. Semoga masih ada generasi muda yang bangga akan bahasa daerahnya
LikeLike
Saya senang melihat tayangan TV lokal dan TVRI, karena seringkali menayangkan ativitas setempat dengan segala keunikannya. Termasuk lihat Bali TV, jika menggunakan bahasa Bali, saya masih bisa menangkap peprcakapan mereka karena beberapa kosa kata bahasa Bali banyak kemiripan dengan bahasa Jawa. Termasuk dalam penggunaan angka
LikeLike
benar sekali. mbak dani, kalau kita belanja di suatu tempat dan menggunakan bahasa lokal/daerah, biasanya penjual akan cenderung menurunkan harga barangnya. apalagi kalau l pakai bahasa halus (bahasa kromo dalam bahasa jawa)..unsur primordial nggak bisa hilang termasuk dalam urusan jual beli
LikeLike
Teori yg berlaku jika berbelanja sama orang padang, jd mesti bisa bahasa pada baru dpt harga yang murah..
LikeLike
Klo dihafal susah, apalagi saya dr sumatera. Nanti waktu mau dipakai sy buka dulu blog mb dani he3… 🙂
LikeLike
Seperti bahasa jawa ya mba pada dasarnya, ada yang diistimewakan juga..
seket dalam bahasa jawa juga berarti 50..
dan teorinya sepertinya benar, kalau menawar sesuatu memang harus seperti orang asli sanabiar dapat murah.. hehe
LikeLike
ya..saya pernah denger teman berbahasa Jawa nebut 50 dengan Seket juga. he he.
LikeLike
Menarik sekali Jeng Ade, menambah kekayaan bahasa Nusantara. Salam
LikeLike
setau saya, dalam hitungan basa bali bangsit biasa dipakai dalam hitungan nem-bangsit yang artinya 1.200 (siu satak).
LikeLike
makasih tante , ~_~ , buat pr hafalin di sekolah 😀 , cucahnya V_V
LikeLike
suksama ! O
/|\
/\
LikeLike
Makasi YA kak Kerja Pr Saya Cepat Selesai👍
LikeLike
Pokokne bahasa Indonesia kalah kosa katane jak Basa Bali lan bahasa lokal lenan. Conto: tuun ke bethen (bl) – turun ke bawah (ind), menek ke beduwur (bl) – naik ke atas (ind), mecelep ke tengah (bl) – masuk ke dalam (ind), pesu ke sisi (bl) – keluar (ind) …….. kemana coba?
LikeLike
Nambah dikit ya..
Hehe
A bangsit = 600
Klo nem bangsit itu = 1.200
LikeLike
Suksma.
LikeLike