Batun Teep Dan Tubuh Kita.

Standard
Batun Teep.

Waktu saya kecil, ada seorang nenek yang selalu berjualan Batun Teep di pojok lapangan kabupaten dekat rumah saya. Saya ingat akan rasanya yang sangat enak , gurih dan garing. Sayang sekali, belakangan ini sangat sulit menemukan cemilan Batun Teep ini lagi.

Batun Teep. Mungkin sebagian ada yang bingung dengan apa itu Batun Teep?. Nah, buat mereka yang belum tahu, saya ingin cerita sedikit. Batun Teep atau Biji Terap adalah salah satu camilan traditional yang terbuat dari biji-biji buah Teep yang disangrai atau digoreng. Rasanya memang sangat enak dan gurih.

Teep alias Terap, atau Tarap (Artocarpus odoratissimus) sendiri adalah tanaman sekeluarga dengan nangka, yang memiliki buah dengan biji jecil kecil dan banyak.

Sudah lama sekali saya tidak pernah melihat Batun Teep lagi. Mungkin sudah lebih dari 25 tahun. Iya. Memang selama itu. Tapi saya masih ingat banget rasanya yang gurih dan garing itu. Saking hobbynya makan Batun Teep, saya bisa menang jika ada lomba cepat-cepatan makan Batun Teep dengan kakak dan adik-adik saya.

Beberapa waktu lalu saat sedang lihat lihat Facebook saya menemukan seseorang berdagang Batun Teep secara online. Alangkah girang hati saya. Wah…ini saatnya saya menikmati Batun Teep lagi. Harganya Rp 20 000 per bungkus yang isinya 250g. Tak tanggung-tanggung saya order 2 kg. Jarak jauh ini ya. Denpasar -Jakarta. Daripada ntar bolak-balik lagi belinya.

Sayapun mengorder. Kebetulan banget pedagangnya baik dan ramah.

Hari ini sepulang kerja saya menemukan kuriman Batun Teep sudah sampai di rumah. Tak sabar lagi, saya buka kemasannya dengan gunting. Kress!!!. Muncullah biji biji gurih yang disangrai coklat keemasan dan sedikit menghitam itu keluar. Sangat senang melihatnya. Nyam nyam 😋😋😋

Saya ambil sebiji dan saya gigit untuk mengupas kulitnya. Muncul bijinya yang bersih, coklat dan mengkilat. Saya kunyah.

Kruk kruk.. OUCHHHH!!!!!. Oh…..Gigi saya terasa sakit. Rasanya nyaris mau lepas. Ternyata biji Batun Teep ini agak keras. Saya periksa gigi saya hati-hati. Untunglah tidak terjadi gangguan yang serius. Biji ini hanya agak keras saja dibanding biji biji lain.

Ooh ya.. Barulah saya ingat jika biji atau Batun Teep ini dari dulu memang keras. Jadi bukan tiba tiba jafi keras. Tapi mengapa baru terasa?

Ha ha ha… ternyata umur memang tidak bisa dibohongi. Batun Teep dari dulu memang keras. Tapi karena gigi saya waktu kecil masih sangat kuat, kerasnya biji Teep bisa saya abaikan. Enteng saja mengunyahnya. Tidak terasa.

Tapi sekarang, dimana gigi geligi mulai merapuh, gusi juga mulai sensitif, ternyata mengunyah Batun Teep tidaklah semudah dahulu saat masih kecil.

Kejadian ini membuat saya jadi lebih memikirkan kesehatan saya.

Berjalannya waktu, membuat beberapa hal menjadi semakin meningkat dalam diri saya. Seperti misalnya pengalaman saya, intisari pelajaran hidup yang saya tangkap, itu semuanya semakin meningkat.

Tetapi di sisi lain, saya menyadari jika selain mengalami peningkatan, saya juga mengalami penurunan atau kemunduran dalam beberapa hal yang tak bisa saya hindarkan. Misalnya kekuatan anggota tubuh saya, ternyata tidak seperti dulu lagi. Ia melemah. Buktinya mengunyah Batun Teep sekarang jadi tidak semudah dulu lagi.

Ibaratnya jika dulu saya menggigit Batun Teep, maka Batun Teepnya lepas dari kulitnya dan bijinya hancur saya kunyah. Tapi jika sekarang saya menggigit Batun Teep, bisa jadi gigi saya yang lepas dan hancur 😀😀😀

Okey. Saya kembali memandang ke Batun Teep di dalam piring ini, seolah ia berkata kepada saya, ” Jangan sok merasa selalu muda!!!”. Ha ha ha.. iya iya.

Tentu saja saya tetap memakan Batun Teep ini satu per satu walaupun kali ini memang harus pelan pelan.

Comments are closed.