Beberapa minggu yang lalu, saya ada sedikit urusan pekerjaan di Banyuwangi. Berhubung Banyuwangi lebih mudah ditempuh dari Denpasar ketimbang dari Surabaya, saya memutuskan untuk berangkat dari Jakarta dan menginap di Denpasar semalam, lalu esoknya pagi-pagi saya akan berangkat lewat darat lalu menyeberang Selat Bali, sampai deh ke Banyuwangi. “Naik pesawat aja, Bu. Sekarang sudah ada pesawat dari Denpasar ke sana. Jam 7 pagi kita sudah tiba di sana. Jadi sudah bisa kerja normal jam 8.” jelas teman saya. Oh? Begitu ya? Saya malahan tidak tahu sebelumnya. Saya setuju ajakannya itu, dan iapun mencari tiket ke sana. Horreee…dapat!.
Pagi-pagi saya sudah siap dan langsung ke Bandara Ngurah Rai. Tak berapa lama menunggu, penumpang dipersilakan masuk pesawat. Wah.. pesawat kecil dengan dua buah baling-baling. Rasanya stress juga, karena jika udara sedang kurang bersahabat, lumayan juga sangat terasa guncangannya. Jauh lebih terasa jika dibandingkan dengan menumpang pesawat-pesawat besar seperti Air Bus atau Boeing 747. Bangku di dalamnya juga terdiri atas 2 seats -2 seats. Sebenarnya saya agak deg-degan juga. Sejujurnya saya agak takut naik pesawat.
Sebelumnya saya sudah pernah naik pesawat seukuran ini sebanyak 2x. Pertama dalam perjalanan dari Bandara Husein Sastranegara di Bandung menuju ke Bandara Halim Perdana Kusuma di Jakarta. Tapi itu sudah lamaaaa sekali. Jaman Pak Harto. Jaman pesawat dai Bandung kalau ke Jakarta mendaratnya di Halim (sekarang masih nggak ya?). Pesawat rasanya terbang klepek klepek limbung ditiup angin. Rasanya sangat stress,untung akhirnya tiba juga di atas Halim. Namun sayangnya, entah kenapa rupanya terjadi kesalahan. Pesawat itu tidak bisa mendarat karena Pak Harto sedang menerima tamu di sana. Aduuuh..bagaimana ini?Kok tidak ada koordinasi antara satu bandara dengan bandara lainnya ya. Tak habis pikir. Akhirnya terpaksalah balik lagi ke Bandung. Lalu setelah turun sebentar, balik lagi untuk merasakan stress yang sama dengan pesawat baling-baling itu.
Kali keduanya juga sudah lama bangettttt. Kalau tidak salah dalam sebuah perjalanan dari Frankfurt ke Manchester. Rasanya pesawatnya sih lebih modern, tapi kayanya ukurannya tidak jauh berbeda juga. Kecil dengan 2 seats- 2seats begitu juga. Saat itu musim dingin. Tapi cuaca kelihatannya cukup baik. Tidak ada goncangan sih. Saya merasa sedikit agak tenang dan masih bisa melongok ke bawah lewat jendela menonton pohon-pohon dan tanah yang tertutup salju. Jadi sebenarnya pesawat kecil nggak selalu menakutkan juga sih.
Nah sekarang saya mendapatkan kesempatan yang ketiga kalinya. Dari Bandara Ngurah Rai di Denpasar menuju Bandara Blimbingsaridi Banyuwangi. Berdoa semoga udara sedang tenang dan baik. Dan doa saya dikabulkan, plus dikasih bonus melihat-lihat pemandangan dari udara. Karena pesawatnya kecil, dengan sendirinya ia tidak bisa terbang terlalu tinggi dari permukaan laut. Dan karena terbang rendah, ditambah dengan udara yang tenang dan cuaca terang di pagi hari, maka landscape bumi kelihatan sangat baik dan jelas. Kesempatan yang jarang-jarang bisa didapatkan.
Untuk ke Banyuwangi, pertama pesawat itu mengambil arah ke timur, berlawanan dengan arah Banyuwangi yang ada di sebelah barat pulau Bali. Lalu setelah sedikit agak tinggi, baru memutar balik ke arah barat. Jangan tanya saya alasannya, karena saya tidak tahu persis. Barangkali karena landasan pacu arahnya ke timur.. he he..nebak-nebak saja. Jadi saya bisa melihat sekarang kalau saya sedang berada di atas wilayah Sanur atau Padang Galak.
Pulau Serangan terlihat sangat jelas di pagi hari. Walaupun di sana-sini ada awan putih yang menghalangi pemandangan. Pulau kecil itu bentuknya lucu juga ya kalau dilihat dari udara. Ada banyak sekali kapal-kapal nelayan yang berlabuh di salah satu sisinya. Kelihatan putih-putih mirip bercak ketombe. Saya ingat bermain ke sana dengan adik saya. Pulau itu sangat menarik buat saya.
Pesawat terus melaju dan sekarang saya bisa melihat tol Benoa yang dari Bandara Ngurah Rai mengapung di atas laut menuju Nusa Dua. Lucu juga kelihatannya dari atas sini. Mirip galah (tiang panjang) berwarna putih yang membentang di atas laut yang tenang.
Banyak sekali yang saya lihat di sepanjang perjalanan. Tanpa terasa pesawat sudah mencapai pesisir Banyuwangi di Jawa Timur. pantainya mungkin tidak putih, tapi Banyuwangi menunjukkan pemandangan yang juga sangat menarik.
Wah..apa itu putih-putih? Tampak berkilau dari ketinggian? Saya melihat lebih dekat. Apa tambak ikan ya? Kelihatannya seperti Ladang Garam!! Ada beberapa petak. Ada yang airnya sudah sasat. Barangkali jika hari ini matahari bersinar sangat terik, garam-garamitu mungkin sudah kering dan bisa segera dipanen.
Pesawat terbang semakin rendah. Kami hampir sampai. Sawah-sawah nan menghijau tampak di sana-sini.Alangkah hijaunya Banyuwangi. Banyak sekali burung-burung bangau berwarna putih berkeliaran. jika tadi di atas Bali, kapal-kapal nelayan terlihat mirip ketombe, sekarang dari ketinggian Banyuwangi, burung-burung ini yang terlihat seperti ketombe saking banyaknya.
Sebentar kemudian pesawat mendarat. Welcome to Banyuwangi! Welcome to Blimbingsari Airport! Bandara ini masih sedang dibangun. Terlihat dari adanya alat berat yang sedang beroperasi di sana untuk meratakan tanah lapang yang luas. Saat ini hanya memiliki satu landasan pacu. Dan pesawat yang saya tumpangi adalah satu-satunya pesawat yang mendarat pagi itu.
Menurut keterangan , bandara ini baru dua tahun beroperasi. Saya salut pada upaya Pemda setempat untuk membuka akses ini. Memudahkan para wisatawan untuk mengunjungi Banyuwangi. Karena sebenarnya Banyuwangi memang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan sebagai daerah Pariwisata. Mulai dari kebudayaan dan adat istiadatnya, pantainya, hutan-hutannya, kulinernya dan sebagainya. Selain itu lokasinya yang tidak jauh dari Bali, juga membuat semuanya sangat memungkinkan. Selain turis-turis yang memang sengaja datang hanya untuk ke Banyuwangi, saya rasa para turis yang datang dari jauh untuk ke Bali, pasti cukup banyak diantaranya yang tidak keberatan meluangkan waktu kurang dari setengah jam perjalanan udara untuk menuju Banyuwangi.
Beberapa menit kemudian ketika saya sudah benar-benar tiba di Banyuwangi, keluar dari bandara menuju kota, saya benar-benar merasa jatuh cinta terhadap Banyuwangi. Pada sawah-sawahnya yang menghijau, para petani yang sangat rajin bekerja dan pada burung-burung sawah yang sangat banyak di sana. Dan bahkan saya melihat ada beberapa ekor Burung Raja Udang sedang bertengger di kawat listrik di tepi sawah. Saya ingin datang lagi ke Banyuwangi. Tapi kalau bisa bukan untuk urusan kerja lagi. Namun sebagai warga negara Indonesia yang ingin menikmati keindahan tanah airnya.
Bravo untuk Banyuwangi! Semoga semakin sukses!