Tag Archives: Sosial

Wanita Dan Tas Tangannya.

Standard

Isi Tas Wanita

Seorang teman bercerita tentang betapa herannya ia akan kelakuan istrinya yang menyimpan segala macam barang di dalam tas. “Segala macem barang deh dimasukin. Kalu dompet dan peralatan kosmetik, saya bisa mengertilah. Tapi ini? Segala macam.Masa sak bon-bon, struk belanja segala disimpan sih? Kan itu sampah? Pantes saja berat ” Katanya. Lalu sambil tertawa ia melanjutkan “Sungguh! Wanita itu memang sulit dimengerti, ha ha ha..” . katanya tertawa terbahak-bahak.

Oops!. Seorang teman wanita yang kebetulan ada di sana  berkata,“Di dalam tasku juga banyak bon-bon yang seperti itu, Pak. Disimpan aja dulu, siapa tahu nanti diperlukan. Tapi nanti kan sekali waktu dibersihkan dan dibuang juga kalau memang sudah pasti tidak ada gunanya” jelas teman saya membela diri.Seolah dia yang dituduh. Padahal kan teman saya itu sedang membicarakan istrinya. Read the rest of this entry

Maret Mau Habis. Ayo Lapor Bayar Pajak!

Standard

Lapor Pajak

 

Apa artinya tanggal 31 Maret? Ya..besoknya tanggal 1 April , kata saya.

Ya betul sih. Tapi bukan begitu maksudnya. Bulan Maret sebentar lagi habis. Kita diuber-uber untuk segera menyelesaikan laporan pajak penghasilan”, Kata teman saya. Saya menggaruk-garuk kepala saya.

Ya. Bagi sebagian orang (terutama yang bekerja di bagian Finance & Accounting), membuat laporan pajak tentu perkara yang mudah dan ringan. Tapi bagi sebagian orang yang lain (terutama yang bekerja di department lain), rasanya kok jadi tambahan beban ya.  Dan rasanya setiap tahun,harus nanya kembali, gimana ya cara ngisinya. Lupa lagi dan lupa lagi. Read the rest of this entry

Pembalut Untuk Anakku.

Standard

Pembalut wanita.Teman saya mempunyai seorang anak yang tahun ajaran lalu, menginjakkan kakinya di bangku SMP untuk pertama kalinya. Tentu saja teman saya itu sangat senang dan bangga sebagai mamanya.  Ia selalu berusaha mendukung anaknya. Mempersiapkan segala keperluan dan perlengkapan sekolahnya  untuk memastikan agar  sekolah anaknya berjalan dengan lancar dan mudah. Intinya, ia sungguh seorang ibu yang baik dan sangat perhatian. Saya tahu dari  ceritanya sehari-hari.

Setelah melakukan pendaftaran kembali,  anaknya mendapatkan informasi bahwa pada minggu pertama, siswa baru akan menjalani  orientasi yang disertai dengan berbagai kegiatan outdoor. Semua siswa baru diminta untuk membawa perlengkapan yang akan digunakan dalam  acara itu. “Mama, besok aku disuruh bawa kapas dan pembalut”kata anaknya kepada mamanya.  Begitu mendapatkan informasi keperluan anaknya itu, teman saya segera membuka lemarinya dan menyiapkan sendiri keperluan  untuk anaknya. Read the rest of this entry

Mengasah Hati Yang Tidak Peka.

Standard

Kursi PijatDi sebuah bandara International di negeri tetangga, terdapat 4 buah kursi pijat gratis yang difasilitasi oleh pihak bandara. Kursi pijat yang saya maksud adalah yang serupa dengan yang bertebaran di mall-mall di Indonesia, yang bisa kita gunakan selama 15 menit dengan ongkos Rp 5 000, 10 000 atau maximum Rp 15 000. Bedanya yang ini gratis. Read the rest of this entry

Di Antara Duabelas SMS.

Standard

SMS

Suatu kali saya meminta tolong suami untuk membantu saya memindahkan semua daftar kontak dari  pesawat hp saya yang lama ke pesawat yang baru. Karena saya agak gaptek tidak bisa melakukannya sendiri. Pesawat yang lama sudah sering hang dan banyak somplaknya. Ia setuju dan sayapun menyerahkan hp saya kepadanya. Saat melihat jumlah SMS yang belum saya buka mencapai ratusan di Inbox, suami saya kelihatan terkejut. “Lho? Kok  sms sampai ratusan begini banyaknya nggak dibaca sih?”  katanya menegur. “SPAM!” Kata saya membela diri. Saya tahu suami saya tidak suka jika saya tidak membalas sms orang lain dengan segera. Menurutnya itu perbuatan yang sangat tidak sopan. Ia lalu melihat sepintas sms –sms saya yang belum terbuka itu, sebelum akhirnya mulai mencoba membantu saya. Read the rest of this entry

Catatan Dari Bandara Ke Bandara: TKI Oh TKI…

Standard

Setelah menempuh penerbangan selama dua jam  dari Kuala Lumpur, sampailah saya di  Jakarta. Pesawat merapat ke terminal. Saya berkemas turun dan berdiri di alley pesawat. “Adik ke Jakarta, kan?” tanya seorang Ibu di belakang saya..”Ya, Bu. Saya ke Jakarta.  Ibu juga dari Kuala Lumpur?”. Jawab saya. Ibu itu mengiyakan. “Dik, nanti saya tolong dikasih tahu caranya  ya. Saya bingung caranya pulang. Belum pernah sebelumnya”.  Ia mau ke Pamulang, tapi saudaranya yang awalnya mau jemput ternyata memberi kabar tidak bisa menjemput.  Ok. Saya lalu menawarkan, bahwa Ibu itu boleh ikut saya sampai di Cileduk atau Bintaro. Dari sana bisa mengambil taxi sendiri ke Pamulang. Sudah dekat dan lumayan bisa irit ongkos.

Lalu ia bercerita banyak. Bahwa ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Majikannya cukup baik. Namun menurutnya pekerjaannya sangat melelahkan. Ia jarang sekali mendapat istirahat.  Kerja terus dari pagi sampai larut malam. Istirahat sebentar. Subuh harus bangun lagi utuk  bekerja. Mulai mengurus anak,  membersihkan dan merapikan rumah, mencuci gosok, memasak di dapur dan sebagainya. Semua ia kerjakan sendiri. Tidak ada pembantu lain. Ooh! Kasihan sekali. Berat juga ya?

“Tapi, dik.  Agent saya jahat sekali” Katanya mengeluh kepada saya. “Saya dipindahkan terus dari  satu agent ke agent yang lain. Dijanjikan pulang setelah dua tahun. Tapi sampai lima tahun saya ditahan terus. Dan inipun setelah saya  nekat mau melapor, barulah saya diperbolehkan pulang.” katanya. Perasaan saya tidak enak mendengarkan itu. Bagaimana bisa seorang manusia ditransaksikan sedemikian rupa dari satu agent ke agent yang lain dan dicabut haknya untuk pulang dan bertemu keluarganya begitu saja.

Kami melewati gerbang imigrasi. Saya lihat pasport ibu itu warnanya hijau muda, sedikit berbeda dengan warna kulit pasport saya.  Saya tidak tahu,apakah  itu cuma variasi warna hijau saja  atau memang semua pasport TKI warnanya hijau muda ? Petugas itu bertanya “Lho? Ibu belum pernah pulang dalam 5 tahun terakhir ini ya?” yang dijawab oleh ibu itu ”Ya Pak. Soalnya agent saya menahan saya terus” Petugas itupun bertanya lagi “ Oh, jadi ibu bekerja di sana?”  “ Iya, Pak” Petugas lalu memberikan  passport ibu itu kembali.

Saya mengajak ibu itu  ke rest room, lalu  menemani saya mengambil bagasi terlebih dahulu. Ia bercerita bahwa ia terpaksa menjadi TKI, karena mantan suaminya (almarhum) penjudi dan meninggalkan sisa utang sebesar 10 juta rupiah  yang harus ia bayar.  Jika tidak, maka rumah satu-satunya yang mereka miliki akan disita. “Kalau tidak begitu, bagaimana nasib kedua anak saya dan ibu mertua saya? Tidak bisa  makan. Tidak punya tempat tinggal. Saya kangen sekali anak saya. Sudah  lima tahun saya ditahan terus di Malaysia. Tidak diperbolehkan ke Indonesia.” Katanya dengan airmata mengambang. Saya jadi ikut terbawa oleh kesedihannya. Saya melihat kemuliaan hati seorang ibu di hadapan saya. Pengorbanan demi anak-anaknya. Betapa menyedihkannya.

Ia juga menyebutkan kepada saya, mengenai besaran penghasilannya dalam ringgit. Ketika saya kurs 1 ringgit = Rp 3 000,- saya agak terkejut. Ternyata hanya sekitar 25% lebih tinggi dari rata-rata gaji pembantu di Jakarta.  Sebenarnya banyak juga rumah tangga yang membayar lebih tinggi atau sama dengan itu. Pekerjaannya pun lebih santai dan tidak capek, karena banyak yang membayar 2 atau 3 orang pembantu rumah tangga sekaligus.  Bervariasi sih. Dan sayang, ibu itu ternyata tidak tahu berapa kurs ringgit. Sehingga tidak tahu, berapa jumlah gajinya dalam rupiah. Weleh! Pahit bener!. Dan lebih pahit lagi mendengarnya,  ternyata ibu itu pulang tanpa membawa uang. Uangnya masih disimpan majikannya. Katanya nanti akan ditransfer. Ya..ampuuun!.

Menjelang pintu keluar, dua orang petugas menghampiri kami.  Seorang wanita muda yang sangat cantik dalam pakaian dinasnya ditemani oleh seorang pria.  Ia minta agar ibu itu menunjukkan pasportnya.  Saya menghentikan langkah saya. Petugas mempersilakan saya keluar. Saya tidak bergerak, karena saya sudah berjanji kepada ibu itu untuk menolongnya pulang.  Wanita cantik itu berkata, bahwa ibu itu seharusnya melewati jalur khusus TKI.  Ooh, OK. Saya tidak ngeh sebelumnya. Salah ya?

Lalu saya bertanya, proses apa yang harus dijalani oleh ibu itu dan berapa lama?  Saya akan menunggunya sampai selesai. Wanita itu menolak menjelaskan kepada saya prosesnya dan menyuruh saya meninggalkan saja ibu itu, karena nanti akan ada yang mengantarkannya pulang. Ibu itu merengek, minta tolong  jangan ditahan. Ia ingin dilepaskan karena  ingin ikut saya, cepat pulang dan cepat bertemu anaknya. Tapi petugas tetap menyuruhnya  lewat jalur itu.  Karena begitu peraturannya. Oke, kalau begitu aturannya, saya membujuk ibu itu untuk mengikuti prosedur yang benar. Sebagai warga negara yang baik, sebaiknya kita mentaati aturan dengan baik.

Ibu itu merengek lagi, “Ibu ini saudara saya. Saya ingin ikut dengannya”  katanya menunjuk saya.  Saya pikir ibu itu sekarang mulai ngacau untuk menyelamatkan dirinya. Saya tidak mau dilibatkan dalam sebuah kebohongan.  Akhirnya saya jelaskan apa adanya kepada petugas “ Saya bukan saudaranya. Saya hanya penumpang biasa yang kebetulan bertemu dengannya di pesawat. Merasa kasihan dan bersedia membantunya. Saya akan menunggu di luar. Silakan di proses”.

Saya tidak mau melakukan sebuah pelanggaran apapun. Saya hanya mau menolong orang yang kesusahan.  Tapi tidak mau menolong orang melakukan pelanggaran hukum.  Saya lalu bertanya kepada petugas, apa yang akan dilakukan oleh petugas terhadap ibu itu? Petugas tidak mau menjelaskan kepada saya. “Nanti  ibu akan tahu di sana saja” kata wanita cantik itu kepada ibu TKI itu tanpa menjawab kepada saya. Aneh juga!. Berala lama? Sejam? Dua jam? Sehari? Dua hari? Seminggu?  Aneh!. Petugas tetap menyuruh saya pulang saja dan jangan menunggu. Meyakinkan saya,bahwa ibu itu pasti akan diantarkan pulang.

Karena saya tahu ibu itu tidak membawa uang, lalu saya bertanya lagi kepada petugas, apakah Ibu itu nantinya perlu melakukan suatu pembayaran kepada petugas? Ibu itu  mengatakan bahwa ia  tidak punya uang jika harus membayar sesuatu kepada petugas. Mendadak saya lihat wajah wanita cantik itu berubah ketus dan suaranya kedengeran seperti membentak di telinga saya “ Nah itulah masalahnya, kenapa ibu tidak mebawa uang? Sudah berapa lama ibu bekerja ?” .  Ibu itu menjawab setengah menangis” Lima tahun”. Wanita itu bertanya lagi.  ” Mengapa lima tahun bekerja , tidak membawa uang?”. Gila!! Aneh banget sih menurut saya pertanyaannya.  Apa memang  harus begitu ya?  Saya bingung deh melihat pemandangan itu.

Ini baru pertamakalinya saya melihat adegan seperti ini. Saya melihat ke wajah ibu itu. Matanya mulai berkaca-kaca. Sinar matanya penuh permintaan pertolongan kepada saya. Namun saya tidak bisa menolongnya. Karena saya juga tidak mengerti bagaimana aturan kepulangan TKI di negara kita.  Dan saya pikir, sebaiknya setiap warga negara harus  mengikuti peraturan yang berlaku. Saya urungkan niat saya untuk memberinya uang ala kadarnya untuk sekedar bekal. Karena saya takut nanti malah mempersulit keadaannya. Tapi saya merobek secarik kertas dan meninggalkan nomor telpon saya, seandainya ia masih ingin berteman dengan saya suatu saat nanti. Lalu saya mengucapkan selamat tinggal dan berdoa semoga semuanya berjalan baik-baik saja. Semoga negara memelihara dan melindunginya dengan baik.

Sayapun keluar.  Masih sempat saya mendengar suara petugas itu yang memerintahkan ibu itu untuk berjalan lurus terus sampai ke gerbang di mana ada tulisan “ Selamat Datang Pahlawan Devisa”. Saya mendengarnya dengan getir. Mengapa pahlawan devisa diketusin ya?  Hati saya rasanya seperti teriris. Pilu.

Di perjalanan pulang, tatapan mata ibu itu terbayang terus di mata saya.  Saya baru saja menyaksikan sepenggal drama  kehidupan seorang Ibu yang berusaha membantu memecahkan kesulitan keluarganya dengan segala kepahitan dan kegetiran yang harus dijalaninya.  Seorang wanita yang mulia.

Tak terasa air mata saya meleleh …

Cerita Seputar HIV Infections.

Standard

AIDS(Acquired Immune Deficiency Syndrome) yang disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan salah satu infeksiberbahaya menular yang  sangat ditakuti belakangan ini, terutama karena peranannya dalam melemahkan system pertahanan dan kekebalan tubuh manusia. Sehingga penderita menjadi sangat rentan akan serangan berbagai penyakit. Bahkan flue biasa pun akan menjadi masalah yang sangat besar bagi orang yang sudah terinfeksi. AIDS seakan menghantui masyarakat kita akibat penyebarannya yang diam-diam,  namun cukup cepat seperti hantu pembunuh (silent killer). Saya membayangkannya mirip dementor dari Azkaban dalam  cerita Harry Potter. Begitu mengerikan dan menakutkannya bagi masyarakat awam. Namun, jika kita mendapatkan informasi yang cukup dan mengenalnya dengan lebih baik, tentu ketakutan itu tidak akan sedemikian besarnya. Read the rest of this entry

Surga Ada Di Telapak Kaki Ibu (Mertua)…

Standard

Ibu mertua! Banyak image yang berbeda ketika kita bicara tentang Ibu mertua. Terutama di kalangan menantu perempuan. Ada yg menganggap sama dengan ibu kandungnya sendiri, namun ada juga yang menganggapnya lebih kejam dari Ibu tiri. Bahkan ada juga yang menganggapnya saingan. Bersyukur saya memiliki Ibu mertua yang sangat baik dan sayang sekali kepada saya. Namun tak urung, di awal-awal pernikahan,saat baru kenal dengan Ibu mertua saya,saya sempat salting juga dibuatnya. Saat itu, sebagai menantu baru tentu saya ingin diterima dengan baik. Masalahnya adalah, saya memiliki banyak kekurangan yang mungkin akan membuat Ibu mertua saya tidak menyukai saya. Maka saya pikir saya perlu melakukan  Strategy CarMuk alias cari muka dulu ke ibu mertua saya. Setidaknya saya tidak di-reject sebagai menantu pada langkah pertama. Read the rest of this entry

Trick : Menarik Uang Yang Terjepit Dua Botol.

Standard
Trick : Menarik Uang Yang Terjepit Dua Botol.

 

Seorang teman mendemostrasikan sebuah trick yang cukup menarik saat  saya  dan beberapa orang teman lain selesai makan siang bersama. Ia mengambil sebua botol saus dan meletakkannnya diatas meja. Kemudian ia meletakkan selembar uang dua ribuan di atas botol saus itu, lalu menutupnya kembali dengan sebuah botol saus yang lain persis diatasnya,dengan posisi terbalik.  Tantangannya adalah, bagaimana cara mengambil uang itu tanpa harus menjatuhkan botol diatasnya. Kalau sukses, uangnya boleh diambil. Ia pun mendemonstrasikan kepiawaiannya dan sukses! Menarik uang tanpa membuat botol terguling.  Saya melirik sejenak dan berpikir  bahwa itu adalah permainan anak laki. Ah, kurang tertarik! Read the rest of this entry

Tentang Kepedulian Terhadap Sesama.

Standard

Bakti Sosial : Pengobatan Gratis di Villa Bintaro Regency.

“Too often we underestimate the power of a touch, a smile, a kind word, a listening ear, an honest compliment, or the smallest act of caring, all of which have the potential to turn a life around.”  (Leo F. Buscaglia).


Kesibukan yang super padat  agar bisa bertahan dari kehiruk-pikukan metropolitan, membuat kita terkadang merasa penat, lelah dan tertekan.  Jam kerja yang panjang, kemacetan yang semakin hari semakin tak terkendali, tekanan pekerjaan dan berbagai masalah hidup, semuanya terasa ikut memacu kehidupan menjadi lebih soliter, lebih individualistis, gersang dan bahkan mulai kehilangan sisi humanisnya. Read the rest of this entry